11:36 AM | Posted by bhotol™
Ini Dia 10 DOKUMENTER YANG PATUT DI LIHAT
Tentang bla..bla.bla..
bhotol

Sejumlah institusi penelitian televisi dari Amerika Serikat dan benua Eropa pernah menunjukan bahwa penduduk negara maju rata-rata menghabiskan waktu sebanyak 22 jam menonton televisi dalam seminggu dan 1-2 kali menonton film di bioskop dalam sebulan. Namun, dari sejumlah waktu yang kita habiskan untuk menghibur diri, berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk menonton sinema dokumentari yang lebih mendidik?
Memang nyatanya di Indonesia akses untuk menonton dokumentari masih sangat terbatas dan tidak mendapatkan perhatian yang layak. Apa boleh buat, keseruan cerita fiksi yang mengisahkan asmara, pertumpahan darahan, serta kisah mistis dapat melegakan kita dari kesibukan dan kepenatan sehari-hari. Namun, tidak bisa diabaikan bahwa segala hal kita lihat, dengar, dan resap dari layar kaca sangat dapat mempengaruhi keseluruhan kualitas hidup kita.
Cerita fiksi emang sangat menghibur dan mengajak para penonton untuk berimajinasi dan bermimpi, namun terkadang gambaran kehidupan yang disampaikan cerita fiksi menjauhkan kita dari realita dunia. Disini lah pentingnya film dokumentari sebagai media senima yang mewartakan serpihan kehidupan realita yang tidak diketahui, dilupakan, ataupun dipendam kebenarannya. Maka dengan itu, dalam kesempatan ini kami dari redaksi ingin memberi top 10 list film dokumentari yang patut disaksikan di tahun 2011 ini.

1. Exit Through The Gift Shop
Disutradari oleh Banksy, seorang seniman Inggris ternama yang sukses bangun dari seniman jalanan ke galeri-galeri bergengsi, film ini meneropongi seorang imigran Perancis di Los Angeles bernama Thierry GUetta yang terobsesi dengan grafitti dan seni mural. Obsesi tersebut mendorongnya untuk mencari seniman-seniman grafitti, salah satunya Banksy, dan mendokumentasi gerak-gerik mereka dalam menciptakan karya mural mereka di dinding-dinding yang terkesan mustahil untuk dicapai, bahkan illegal untuk dilakukan.

2. Inside Job
Dokumentari ini memberi analisa lengkap tentang resesi ekonomi terburuk yang pernah terjadi di Amerika pada tahun 2008 dan dampaknya pada kehidupan jutaan orang yang kehilangan pekerjaan dan rumahnya sehingga hampir meruntuhkan finasial global. Melalui penelitian yang mendalam serta wawancara ekstensif dengan sejumlah pakar wall street, politisi, jurnalis, dan ilmiawan, film ini melacak bangkitnya sebuah industri yang telah merusak dan mengkorupsi politik, regulasi, dan dunia akademik

3. Gasland
Halliburton adalah perusahaan gas dan minyak terbesar no.2 di dunia yang aktif operasional di 70 negara. Mengetahui bahwa Amerika Serikat kaya akan gas alami, perusahaan ini telah berhasil mengembangkan cara untuk mengambil gas alami tersebut dari dalam tanah melalui proses pengeboran hidrolik "fracking." Hasilnya? Sejumlah pemilik tanah yang diperkiraan properti-nya terdapat ladang gas alami sering diteror oleh perusahaan tenaga listrik untuk di "sewa." Pengakuan para pemilik tanah, ilmuwan, dan aktivis lingkungan juga menunjukkan bahwa proses "fracking" telah mengkontaminasi persediaan air bersih

4. Waiting For Superman
Sutradara Davis Guggenheim meninjau ulang sekolah pendidikan umum yang diwadahi oleh pemerintah Amerika Serikat serta memperbandingkannya dengan pendidikan ekstensif yang ditawarkan sekolah privat. Dibedah secara sistematis, Guggenheim berusaha menunjukkan sejumlah masalah dalam sistem sekolah pendidikan umum yang justru menghabat daripada mendorong perkembangan akademis.

5. The Lottery
Dengan tema yang sama seperti "Waiting For Superman" film dokumentari "The Lottery" membongkar kegagalan sistem pendidikan umum tradisional dan mengungkap fakta bahwa tiap tahun ribuan orangtua berusaha mencari pendidikan alternatif yang lebih bermutu dalam memberikan pendidikan baik untuk anak-anaknya. Sutradara Madeleine Sackler menelusuri empat keluarga dari daerah kumuh Harlem dan Bronx yang telah memasukkan anak mereka ke sebuah lotere, dimana apabila mereka menang, anak mereka dapat menjadi murid sebuah sekolah lab school bergengsi. Keinginan keras para orangtua menggambarkan kekecewaan mereka akan sekolah pendidikan umum. Sejumlah wawancara dengan politisi dan guru just menjelaskan bahwa apabila ada tekad dari pemerintah, sistem pendidikan umum dapat direformasi sehingga semua anak mempunyai kesempatan untuk membangun masa depannya.

6. Restrepo
Tim Hetherington dan Sebastian Junger adalah dua jurnalis yang bergabung dengan satuan militer Amerika Serikat di Afghanistan untuk sebuah tugas majalah Vanity Fair. Mengikuti satuan Airbrone Brigade Combat Team di lembah Korengal untuk membasmi kelompok Taliban, kedua jurnalis ini mendokumentasi dan juga mengalami secara pribadi ancaman bahaya yang para tentara rasakan setiap hari, sehingga membentuk suatu persaudaraan yang saling menjaga untuk tetap hidup

7. Precious Life
Ketika Raida Abu-Mustafa, seorang ibu Palestina dari Jalur Gaza, diberitahu bahwa bayinya yang masih berumur 4 bulan tak akan hidup lama karena sebuah penyakit genetik, Dr. Raz Somech seorang dokter anak di Israel tak tinggal diam. Berjuang untuk menolong bayi yang hanya bisa diselamatkan oleh cangkok sumsum tulang dengan biaya yang luar biasa, sang dokter meminta tolong kepada Shlomi Eldar, seorang wartawan terkenal, agar menyiarkan kisah sang bayi di televisi Israel untuk mengumpulkan dana amal. Namun, konflik berdarah Israel-Palestina menyulitkan usaha mereka, terutama oleh sentimen dan rasa benci masing-masing bangsa terhadap sesama. Raida pun harus menghadapi dua pilihan: menyelamatkan bayinya dengan bantuan Israel atau harga dirinya sebagai keturunan Palestina. Sebuah hubungan istimewa yang terkesan mustahil di jaman edan pun terbentuk antara sang ibu, sang dokter, dan sang wartawan

8. Quest For Honor
Di Kursdistan, sebuah daerah otonomi di bagian utara Iraq, para masyarakat sudah terbiasa dengan pembunuhan wanita atas dasar alasan 'kehormatan', terutama dengan tuduhan prostitusi atau pencurian, dimana wanita tersebut sudah wajib hukumnya untuk di eksekusi. Bahkan, pembunuhan wanita demi penegakan 'kehormatan' masyarakat sudah lama tercantum dalam undang-undang hukum Iraq. Namun, sejak tahun 1997, para wanita Kurdistan sudah bisa tinggal diam saja dengan kekerasan ini. Runak Rauf, seorang wanita gigih di umur 60 tahun, membentuk Women's Media Center of Sulaymaiyah untuk melawan tradisi kekerasan terhadap wanita. Dengan bantuan jurnalis berumur 70 tahun, Mary Ann Smothers Bruni, mereka mencoba mengungkap sejumlah pembunuhan dan kekerasan terhadap wanita yang terjadi Kurdistan.

9. Enemies of the People
Khmer Rogue merupakan salah satu rejim yang paling brutal di abad ke 20 ini. Namun sampai kini, belum ada titik terang jelas kenapa pembunuhan massal bisa terjadi di Kamboja oleh rejim Khmer Rogue sejak tahun 1975 sampai 1979. Sutradara Rob Lemkin dan jurnalis Thet Sambath, yang juga kehilangan keluarganya oleh rejm Khmer ROgue, melangsungkan misi untuk mengungkap kebenaran genosida tersebut. Mereka berhasil mewawancara para prajurit yang terlibat dan juga salah satu pemimpin rejim, Nuon Chea, yang akhirnya mengungkap alasannya setelah 30 tahun tutup mulut

10. Wasteland
Setelah bertahun-tahun hidup di New York, seniman Lucy Walker memutuskan untuk kembali ke negara kelahirannya, Brazil. Di pinggiran ibukota Rio De Janerio terdapat Jardim Gramacho, tempat pembuangan sampah terbesar di dunia, dan disana Walker mencoba menggunakan sampah untuk menciptakan suatu karya seni. Setelah terinspirasi oleh jiwa dan semangat para pemulung setempat, Walker berkolaborasi dengan mereka dalam menciptakan sebuah karya seni yang mengungkap citra kemuliaan profesi pemulung di balik rasa putus asa mereka.
sumber

Sejumlah institusi penelitian televisi dari Amerika Serikat dan benua Eropa pernah menunjukan bahwa penduduk negara maju rata-rata menghabiskan waktu sebanyak 22 jam menonton televisi dalam seminggu dan 1-2 kali menonton film di bioskop dalam sebulan. Namun, dari sejumlah waktu yang kita habiskan untuk menghibur diri, berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk menonton sinema dokumentari yang lebih mendidik?
Memang nyatanya di Indonesia akses untuk menonton dokumentari masih sangat terbatas dan tidak mendapatkan perhatian yang layak. Apa boleh buat, keseruan cerita fiksi yang mengisahkan asmara, pertumpahan darahan, serta kisah mistis dapat melegakan kita dari kesibukan dan kepenatan sehari-hari. Namun, tidak bisa diabaikan bahwa segala hal kita lihat, dengar, dan resap dari layar kaca sangat dapat mempengaruhi keseluruhan kualitas hidup kita.
Cerita fiksi emang sangat menghibur dan mengajak para penonton untuk berimajinasi dan bermimpi, namun terkadang gambaran kehidupan yang disampaikan cerita fiksi menjauhkan kita dari realita dunia. Disini lah pentingnya film dokumentari sebagai media senima yang mewartakan serpihan kehidupan realita yang tidak diketahui, dilupakan, ataupun dipendam kebenarannya. Maka dengan itu, dalam kesempatan ini kami dari redaksi ingin memberi top 10 list film dokumentari yang patut disaksikan di tahun 2011 ini.

1. Exit Through The Gift Shop
Disutradari oleh Banksy, seorang seniman Inggris ternama yang sukses bangun dari seniman jalanan ke galeri-galeri bergengsi, film ini meneropongi seorang imigran Perancis di Los Angeles bernama Thierry GUetta yang terobsesi dengan grafitti dan seni mural. Obsesi tersebut mendorongnya untuk mencari seniman-seniman grafitti, salah satunya Banksy, dan mendokumentasi gerak-gerik mereka dalam menciptakan karya mural mereka di dinding-dinding yang terkesan mustahil untuk dicapai, bahkan illegal untuk dilakukan.

2. Inside Job
Dokumentari ini memberi analisa lengkap tentang resesi ekonomi terburuk yang pernah terjadi di Amerika pada tahun 2008 dan dampaknya pada kehidupan jutaan orang yang kehilangan pekerjaan dan rumahnya sehingga hampir meruntuhkan finasial global. Melalui penelitian yang mendalam serta wawancara ekstensif dengan sejumlah pakar wall street, politisi, jurnalis, dan ilmiawan, film ini melacak bangkitnya sebuah industri yang telah merusak dan mengkorupsi politik, regulasi, dan dunia akademik

3. Gasland
Halliburton adalah perusahaan gas dan minyak terbesar no.2 di dunia yang aktif operasional di 70 negara. Mengetahui bahwa Amerika Serikat kaya akan gas alami, perusahaan ini telah berhasil mengembangkan cara untuk mengambil gas alami tersebut dari dalam tanah melalui proses pengeboran hidrolik "fracking." Hasilnya? Sejumlah pemilik tanah yang diperkiraan properti-nya terdapat ladang gas alami sering diteror oleh perusahaan tenaga listrik untuk di "sewa." Pengakuan para pemilik tanah, ilmuwan, dan aktivis lingkungan juga menunjukkan bahwa proses "fracking" telah mengkontaminasi persediaan air bersih

4. Waiting For Superman
Sutradara Davis Guggenheim meninjau ulang sekolah pendidikan umum yang diwadahi oleh pemerintah Amerika Serikat serta memperbandingkannya dengan pendidikan ekstensif yang ditawarkan sekolah privat. Dibedah secara sistematis, Guggenheim berusaha menunjukkan sejumlah masalah dalam sistem sekolah pendidikan umum yang justru menghabat daripada mendorong perkembangan akademis.

5. The Lottery
Dengan tema yang sama seperti "Waiting For Superman" film dokumentari "The Lottery" membongkar kegagalan sistem pendidikan umum tradisional dan mengungkap fakta bahwa tiap tahun ribuan orangtua berusaha mencari pendidikan alternatif yang lebih bermutu dalam memberikan pendidikan baik untuk anak-anaknya. Sutradara Madeleine Sackler menelusuri empat keluarga dari daerah kumuh Harlem dan Bronx yang telah memasukkan anak mereka ke sebuah lotere, dimana apabila mereka menang, anak mereka dapat menjadi murid sebuah sekolah lab school bergengsi. Keinginan keras para orangtua menggambarkan kekecewaan mereka akan sekolah pendidikan umum. Sejumlah wawancara dengan politisi dan guru just menjelaskan bahwa apabila ada tekad dari pemerintah, sistem pendidikan umum dapat direformasi sehingga semua anak mempunyai kesempatan untuk membangun masa depannya.

6. Restrepo
Tim Hetherington dan Sebastian Junger adalah dua jurnalis yang bergabung dengan satuan militer Amerika Serikat di Afghanistan untuk sebuah tugas majalah Vanity Fair. Mengikuti satuan Airbrone Brigade Combat Team di lembah Korengal untuk membasmi kelompok Taliban, kedua jurnalis ini mendokumentasi dan juga mengalami secara pribadi ancaman bahaya yang para tentara rasakan setiap hari, sehingga membentuk suatu persaudaraan yang saling menjaga untuk tetap hidup

7. Precious Life
Ketika Raida Abu-Mustafa, seorang ibu Palestina dari Jalur Gaza, diberitahu bahwa bayinya yang masih berumur 4 bulan tak akan hidup lama karena sebuah penyakit genetik, Dr. Raz Somech seorang dokter anak di Israel tak tinggal diam. Berjuang untuk menolong bayi yang hanya bisa diselamatkan oleh cangkok sumsum tulang dengan biaya yang luar biasa, sang dokter meminta tolong kepada Shlomi Eldar, seorang wartawan terkenal, agar menyiarkan kisah sang bayi di televisi Israel untuk mengumpulkan dana amal. Namun, konflik berdarah Israel-Palestina menyulitkan usaha mereka, terutama oleh sentimen dan rasa benci masing-masing bangsa terhadap sesama. Raida pun harus menghadapi dua pilihan: menyelamatkan bayinya dengan bantuan Israel atau harga dirinya sebagai keturunan Palestina. Sebuah hubungan istimewa yang terkesan mustahil di jaman edan pun terbentuk antara sang ibu, sang dokter, dan sang wartawan

8. Quest For Honor
Di Kursdistan, sebuah daerah otonomi di bagian utara Iraq, para masyarakat sudah terbiasa dengan pembunuhan wanita atas dasar alasan 'kehormatan', terutama dengan tuduhan prostitusi atau pencurian, dimana wanita tersebut sudah wajib hukumnya untuk di eksekusi. Bahkan, pembunuhan wanita demi penegakan 'kehormatan' masyarakat sudah lama tercantum dalam undang-undang hukum Iraq. Namun, sejak tahun 1997, para wanita Kurdistan sudah bisa tinggal diam saja dengan kekerasan ini. Runak Rauf, seorang wanita gigih di umur 60 tahun, membentuk Women's Media Center of Sulaymaiyah untuk melawan tradisi kekerasan terhadap wanita. Dengan bantuan jurnalis berumur 70 tahun, Mary Ann Smothers Bruni, mereka mencoba mengungkap sejumlah pembunuhan dan kekerasan terhadap wanita yang terjadi Kurdistan.

9. Enemies of the People
Khmer Rogue merupakan salah satu rejim yang paling brutal di abad ke 20 ini. Namun sampai kini, belum ada titik terang jelas kenapa pembunuhan massal bisa terjadi di Kamboja oleh rejim Khmer Rogue sejak tahun 1975 sampai 1979. Sutradara Rob Lemkin dan jurnalis Thet Sambath, yang juga kehilangan keluarganya oleh rejm Khmer ROgue, melangsungkan misi untuk mengungkap kebenaran genosida tersebut. Mereka berhasil mewawancara para prajurit yang terlibat dan juga salah satu pemimpin rejim, Nuon Chea, yang akhirnya mengungkap alasannya setelah 30 tahun tutup mulut

10. Wasteland
Setelah bertahun-tahun hidup di New York, seniman Lucy Walker memutuskan untuk kembali ke negara kelahirannya, Brazil. Di pinggiran ibukota Rio De Janerio terdapat Jardim Gramacho, tempat pembuangan sampah terbesar di dunia, dan disana Walker mencoba menggunakan sampah untuk menciptakan suatu karya seni. Setelah terinspirasi oleh jiwa dan semangat para pemulung setempat, Walker berkolaborasi dengan mereka dalam menciptakan sebuah karya seni yang mengungkap citra kemuliaan profesi pemulung di balik rasa putus asa mereka.
sumber





